oleh Prangg Rn pada 11 Oktober 2010 jam 23:07
Seperti kemaren, esok dan lusa
Tergopoh siapkan diri
Tanpa gincu berkain blacu
Tinggalkan kamar pengap, menebar harap pada hidup yang kian gagap
Bangun pagi hari, rembulan terlambat pulang
Pintu-pintu rumah tetangga masih tertutup
Menikmati caci maki
Sumpah serapah
Menelan muntah
Menjilat ludah
Ah,,, kulihat seorang muda terkencing di celana
Bagun pagi hari, tanpa kopi dan harga diri
Mengetuk pintu-pintu pabrik mencari mimpi
Ijazah di ketiak kiri laksana belati tumpul yang tak berarti
Seperti biasa dan sudah diduga
ijazah dan sertifikat menjauhkan kami dari sawah dan ladang
“Carilah pekerjaan, jadilah kuli-kuli
lumpur dan selokan tak lagi menghidupi
tinggalkan bumi dan kejarlah mimpi…”
Dan benar, kini kami pergi
bukan untuk kembali
segala jalan pulang telah tertutupi gengsi
kebodohan kami tertutupi materi
kampung tak lagi berpenghuni
rumah-rumah telah sepi
sedangkan ketidak pastian menghadang congkak langkah kami
Kokoh, sombong, angkuh berhias dengki
Ibu pertiwi tak perduli
Ibu kota asik melacurkan diri
Ibu kami, hidup sendiri.
Prangg RN
EmoticonEmoticon